Kata ‘Circle’ sendiri sudah pasti tidak asing lagi didengar oleh kalangan anak muda jaman sekarang. Circle adalah bahasa gaul yang didefinisikan sebagai lingkaran pertemanan. Maknanya sendiri berarti sebuah kelompok pertemanan, baik yang dibentuk secara sengaja maupun tidak. Faktor yang paling sering menjadi alasan terbentuknya suatu circle adalah kebiasan atau kesukaan terhadap sesuatu yang sama ataupun berkaitan.
Sebenarnya banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih circle pertemanan. Tidak semua kelompok atau circle pertemanan selalu dengan sisi positif, bisa saja tanpa disadari sudah terjebak dalam circle yang negatif. Atau sudah menyadari hal tersebut? Contoh buruk circle pertemanan merusak moral adalah melakukan kriminal atau mungkin pergaulan bebas, dari jika hal itu terjadi, jalan satu-satunya adalah segeralah keluar dan memperbaiki diri.
Lalu bagaimana jika tanpa disadari kita sudah masuk ke dalam circle yang kurang sehat? Sangat mungkin dalam sebuah circle berubah sifatnya, seperti circle yang suka dengan pergaulan bebas memulai bersama-sama untuk memperbaiki diri, semua tergantung dari diri individu atau pelaku-pelaku yang menjadi bagian dari circle tersebut. Begitupun sebaliknya, circle yang awalnya punya positive vibes pun bisa berubah karena terkena pengaruh dari luar, atau circle tersebut memang positif namun ada bagian kecil dari kebiasan buruk yang tidak terlihat seringkali disepelekan. Tidak semua yang terlihat baik dari luar itu baik.
Sebaik apapun pertemanan dan sebanyak apapun sisi positifnya, jika menyadari adanya satu sisi yang merugikan inilah yang dinamakan ‘Toxic Friendship’. Akan sangat menyebalkan jika sudah terjebak dalam hubungan pertemanan ini. Lalu apa yang bisa dilakukan? Toxic Friendship memberikan efek negatif bukan hanya lingkungan sekitar namun diri sendiri seperti menjadi hilang percaya diri, stress, merasa tidak diperdulikan, sering bersikap pura-pura.
Fungsi circle pertemanan itu sendiri berubah dari saling support, membantu memecahkan solusi, dan lain sebagainya menjadi menyia-nyiakan waktu, menguras tenaga dan menambah beban pikiran. Tanda-tanda dari Toxic Friendship sendiri biasanya adalah sering bersikap memaksa yang tidak sesuai kemauan diri, tidak tau batasan prioritas, sibuk mengurusi kehidupan privasi, egois yang besar, dll.
Cara yang tepat dalam mengatasi ini adalah berhenti berpura-pura dan mengatakan yang sejujurnya rasa tidak nyaman dalam hubungan pertemanan ini dan berusaha untuk memberikan saran dan memberikan batasan hubungan. Cara ini bisa dimulai dari berkomunikasi. Jika cara ini tidak berhasil, jangan bertahan mengikuti kemauan mereka, bisa jadi memang kita yang kurang cocok dengan circle pertemanan kita. Salah satu jalan adalah keluar atau memutuskan hubungan tersebut, bisa dimulai dengan cara mencari kesibukan lain.
Jika alasan untuk bertahan karena koneksi yang luas, segi keuntungan, ataupun ilmu, cobalah untuk berpikir kesehatan mental dan dampak dari kehidupan personal. Tidak ada gunanya memaksakan diri dan tetap bergantung pada circle pertemanan. Kita terlalu takut dengan kehidupan sosialisasi dan tidak rela melepaskan hubungan pertemanan yang sudah terjalin lama. Padahal, sebenarnya kita bisa melepaskan diri dari circle pertemanan yang tidak sehat.
Maka dari itu, kita harus mengenali circle pertemanan yang baik bukan hanya dari segi keuntungan, namun juga melihat dari feedback apa yang didapat juga segi fungsi diri sendiri dalam lingkaran pertemanan tersebut agar bisa memberikan manfaat positif. Kenalilah diri sendiri dan kenali calon teman secara mendalam agar hubungan pertemanan yang dijalani menuju arah yang tepat dan tidak terjerumus ke arah yang salah.
Karena circle pertemanan memberikan pengaruh besar dalam kehidupan, sangatlah penting untuk paham gambaran dari lingkaran pertemanan yang anda jalani selama ini. Apakah hubungan pertemanan itu memberikan pengaruh baik, atau malah membawa dampak buruk pada diri anda?
Penulis : Adinda Shabilla
Editor : Nanda Permata Destiani
Sumber : Gramedia
Comments
Post a Comment